Awal Mula Kenapa Aku Mau Menjadi Penulis
Ketertarikan
pada dunia literasi sudah aku rasa sejak di bangku sekolah dasar. Mulai membaca
majalah Bobo, Cerita Nirmala dan berbagai buku legenda lainnya. Dari cerita-cerita
yang sudah aku baca itu, aku ingin sekali mengubah jalan ceritanya. Bukan tidak
suka pada ceritanya tapi kalau aku pikir jika ceritanya diubah sedikit saja
sepertinya akan lebih menarik. Dari situ juga mulai benakku bermain-main dengan
cerita yang aku ciptakan sendiri.
Aku
dengan bangga mengatakan diriku ini adalah pengkhayal kelas kakap. Banyak sekali
yang aku khayalkan, menjelang tidur ketika mataku sudah terpejam sering kali
dunia khayalku membuatku masih tersadar. Seolah-olah aku berdongeng untuk
diriku sendiri hingga aku terbuai dengan khayalanku. Namun sepanjang itu tidak
pernah ada khayalan itu yang tertulis di kertas. Aku yang merasa malu dengan
tulisan ceker ayamku membuat aku enggan untuk menuangkan cerita yang ada di
pikiranku.
Cerita-cerita
itu datang dengan sendirinya di kepalaku sampai-sampai aku tidak tidur karena
terus terbayang akan cerita-cerita yang ada di benakku ini. Tersenyum sendiri,
tertawa sendiri, kesal sendiri seperti orang gila. Untung tidak aku lakukan di
depan umum, bisa-bisa aku memang disangka gila.
Kegilaanku
ini terus berlanjut hingga aku butuh seseorang yang tulisannya bagus sehingga
bisa menuliskan cerita yang ada di dalam
benakku. Namun mencari orang yang tulisannya bagus dan mau menuliskan apa yang
aku diktekan itu tidak mudah.
Dulu zaman
belum secanggih sekarang ini yang bisa menulis secara digital. Memang sudah ada
komputer tapi aku yang waktu itu tinggalnya di daerah masih sulit sekali
menemukan benda canggih itu.
Sampai akhirnya
aku bertemu dengan seseorang yang tulisan tangannya bagus dan suka menulis.
Dengan senang hati beliau mau menuliskan ide yang ada di benakku. Tiap
istirahat sekolah aku bercerita kepadanya tentang ide ini hingga dia bisa
menangkap apa yang di pikiranku.
Beberapa minggu
kemudian tulisannya jadi. Aku senang luar biasa, dengan semangat 45 aku baca
itu cerita di buku tulis buramnya. Selasai membaca semangatku tidak sama
seperti semangatku di awal membaca. Aku sedikit kecewa, bukan sedikit tapi
benar-benar kecewa.
Cerita yang ia
tuliskan memang tidak melenceng dari yang aku ceritakan hanya saja aku merasa
itu kurang mengena di hatiku. Apa mungkin ekspektasiku terlalu tinggi. Entahlah.
Setelah kejadian itu aku tidak lagi berniat mencari orang yang mau menuliskan
ide-ideku. Zaman yang telah berubah, aku yang sudah lebih matang berpikir
akhirnya memberanikan diri untuk menjadi penulis.
Kelas dua SMA
aku memberanikan diri menuliskan cita-citaku sebagai seorang penulis. Mencoba menulis
ide ceritaku meski tulisan tanganku kadang tidak terbaca namun ada kelegaan
yang luar biasa ketika cerpen pertamaku selesai. kalau aku baca sekarang
mungkin aku malu sendiri dengan tulisanku yang masih amburadul sekali namun
yang aku rasa ketika itu kepuasan yang luar biasa.
Tekadku
menulisku menjadi lebih besar lagi. Aku mulai mencari referensi-referensi
menulis, tata cara menulis cerpen dan berbagai hal lainnya yang berkaitan
dengan menulis. Sayangnya ketika aku mulai memperdalam ilmu tulis menulis ini
membuat aku tidak percaya diri karena
masih banyaknya yang tidak aku ketahui. Menjadikan aku malas menulis, aku malah
menyibukkan diri dengan urusan lain. Entah itu organisasi, tugas kampus, kepanitiaan,
dan entah apalagi yang aku jadikan alasan untuk tidak menulis.
Terkadang, di
antara kesibukanku itu aku rindu menulis. Aku sempatkan menulis walau hanya
beberapa bait puisi di halaman terakhir kertas binder atau di kertas coretan. Sampai
aku lulus kuliah. Aku masih enggan menulis meski aku tetap mencintai dunia
baca. Karena hal itu juga membuatku minder lagi. Apakah aku bisa menulis
sebagus novel yang sedang aku baca ini. Terus saja banyak rintangannya.
Namun ini
semua harus aku akhiri sebelum aku mengakhiri hidupku sendiri. Alhamdulillah aku
bisa berlahan-lahan menulis kembali walau belum mahir tapi aku senang. Ada kebahagian
tersendiri ketika rampung menyelesaikan sebuah tulisan.
Aku harap
kebahagian itu terus menghampiriku sama seperti kebahagian ketika aku berhasil
menuliskan tulisan ini untuk tantangan menulis dari Nulis Yuk Batch 37.
#nulisyuk
#belajarmenulis
#nulisyukbatch37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar