Awal Tahun [Cerpen]


Akhir pekan pertama di tahun 2019. Pemuda itu telah bertekad menjadikan akhir pekan ini lebih produktif.
Pemuda itu telah terbangun sebelum mentari pagi menyinari ruang kamarnya. Dia melakukan aktivitas yang menuntunnya pada produktif yang ingin ia gapai hari ini. Membenahi kasur yang tidak seberapa luas namun mampu memberikan kenyamanan yang cukup ampuh untuk merehatkan tubuh dari segala penat, memenuhi perintah Tuhannya di pengawal hari, lalu menguatkan raganya dengan berlari di sekitaran kamplek sebelum membersihkan raga menjadi lebih segar dan mendorong emosinya lebih baik untuk menghadapi hari yang super spesial ini.
.

Tidak hanya tentang produktif dalam berkarya yang menyulut semangatnya melewati hari ini. Ada seseorang yang telah lama ia tunggu kehadirannya. Seseorang itu juga yang menginspirasinya dalam berkarya.
.
Pemuda kaus biru itu duduk menghadap laptop dengan tangan yang terus menari-nari di atas keyboard seperti hewan kaki seribu berjalan. Otaknya dilimpahkan ide begitu banyak hingga ia dengan segera menuangkannya sebelum ia pergi dan entah kapan lagi kembali. Suara pesan masuk ke ponselnya tapi tidak ia acuhkan, matanya tetap terfokus pada layar di depannya. Dia tidak ingin ada sesuatu yang mengganggunya menjadikan idenya terbang begitu saja.
.
Matahari semakin meninggi namun pemuda itu sepertinya tidak ada niat untuk beranjak dari tempatnya. Energinya tak tampak berkurang sedikit pun. Hingga perutnya tak bisa lagi diajak berkompromi.
.
Tidak ada bahan makanan yang tersisa. Hanya sebungkus mie instan sebagai penyelamat rasa laparnya. Sambil menikmati semangkok mie hangat tanpa telor, pikirannya telah melayang ke nanti malam. Pakaian apa yang akan ia gunakan nanti. Membayangkan senyuman yang selama ini ia nikmati lewat dunia maya. Betapa akan mengasyikan Sabtu malam ini.
.
Semua khayalan tentang Sabtu malam yang tidak akan terlupakan tak berjalan dengan mulus. Mungkin ini malam yang tidak terlupakan, namun ia tidak ingin mengenangnya kembali. Seseorang yang ia harapkan tak datang pada perjanjian yang telah disepakati.
.
Pemuda itu baru menyadari seseorang yang ia tunggu di salah sudut kafe itu tidak akan pernah muncul. Ini adalah rekor terlamanya tidak memegang gadget. Mungkin kalau wanita itu datang lebih awal pemuda itu tidak akan membuka ponselnya malam Sabtu ini.
.
Untuk mengusir bosan dari menunggu sang pujaan hati ia membuka ponselnya. Ada beberapa pesan yang masuk. Salah satunya dari di dia. Ia langsung membuka pesan yang menghancurkan suasana malam yang ia kira menjadi pekan yang manis di Tahun 2019 ini.
.
Ini bukan penundaan pertemuan tapi ini pembatalan secara sepihak. Tidak akan ada pertemuan dan tidak akan ada lagi pesan manis.
.
Pemuda itu menangis. Bersedih akan nasibnya di awal tahun berharap tidak tenggelam dalam lautan kesedihan. Pemuda itu masih berterima kasih pada seseorang yang telah menghancurkan hatinya karena dia telah menjadi inspirasi meski berpisah. Kepergiannya menginspirasi tentang catatan patah.
.
Bukankah hal manis lebih nikmat ketika tahu rasanya pahit.
.
Sesuatu yang manis lebih nikmat ketika tahu rasanya pahit.
.
~R~
.
#RymelaJustin
#SabtuBercerita
#CeritaMini
.
.
.

#Literasi #DuniaLiterasi #Sastra #SaturdayNight #Baca #Penulis #Menulis #Cerpen #Writer #Write #Author #untaiankata #MerangkaiKata #MembuatCerita #coretankertas #torehantinta #katakata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar