Pemberi Luka


Source Pinterest

"Kirana, lo minggu depan pergi ke femic (Festival Music)?" tanya Tesa sambil memutar setengah badannya menghadap Kirana setelah dosen yang mengajar mereka keluar ruang kelas yang diikuti oleh  mahasiswa lainnya.

Kirana membereskan buku-bukunya lalu memasukkan ke tas ranselnya tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya. Kirana belum memutuskan pergi atau tidak, pikirannya masih terfokus pada final "Lomba Basket"  antar jurusan di fakultas ekonomi nanti sore. Namun, bukan ke pertandingannya melainkan orang yang akan hadir pada acara penutupan, seseorang yang tidak ingin ia temui untuk saat ini.


"Kirana." Teriak Tessa.

"Apaan sih, Tess, teriak-teriak. Gue bisa denger kali." 

"Lagian lo juga, gue nanya malah dicuekin. lo pergi ke Femic kan?" Tessa bangkit dari kursi mengikuti Kirana yang lebih dulu berdiri.

"Makan yuk..." ajak Kirana menghindari menjawab pertanyaan Tessa yang ia sendiri belum tahu jawabannya.

"Kirana, gue nanya lo pergi apa gak ke 'Femic' bukan bahas makanan." Gerutu Tessa.

"Gue butuh energi buat jawab pertanyaan lo." Ujar Kirana.

"Pertanyaan gue tidak serumit pertanyaan quiz Pak Diono tadi Kiran, Lo tinggal jawab iya atau gak." Omel Tessa tetap mengikuti jalan Kirana menuju kantin.

"Ya, karena quiz tadi gue kehabisan tenaga dan gue butuh energi buat lomba nanti sore. Femic juga masih minggu depan."

"Payah, lo." ketus Tessa.

Berbagai bau makanan mengisi indra penciuman mereka saat memasuki kantin yang semakin mengundang rasa lapar. 

"Lo yang pesan biar gue yang jagain mejanya." Ujar Kirana

"Tapi lo harus nemenin gue minggu depan, okey?"

"Itu urusan nanti deh, sekarang pesan makan dulu. Gue pesan soto ayam ya..." ujar Kirana mendorong Tessa menuju tempat berbagai makanan terhidang. Tessa dengan langkah gontai menyetujui permintaan Kirana. 

Kirana belum bisa menceritakan masalahnya kepada Tessa karena menurut Ia belum menemukan waktu yang tepat. Namun, ketika saat itu tiba Kirana pasti akan menerangkan semuanya.

Source Pinterest


***
Musik di kafe kayu manis melantunkan sebuah lagu dari penyanyi luar yang Kirana sendiri tidak tahu siapa, apalagi judulnya. Jangan pernah tanyakan kepada Kirna mengenai musik terkini, musiknya ia dengar model lagu Frank Sinatra atau Micheal Buble. Lagu jadul tapi tetap eksis menurut Kirana.

Kirana  dan Tessa menuju meja yang masih kosong di dekat meja bar yang memancarkan cahaya lampu memberikan kesan  hangat dan cozy pada kafe ini. Seorang pramusaji menghampiri mereka dan menyerahkan buku menu lalu berbalik setelah ia mendapatkan pesanan dari Kirana dan Tessa. 

Setelah tadi pagi diteror oleh Tessa yang minta ditemankan ke mall untuk mencari baju yang akan  digunakan ke Femic lusa. Seharusnya Kirana sedang berleha-leha di kasurnya, mengistirahatkan badannya setelah merayakan kemenangan tim basketnya. 

Semestinya Tessa ditemani pacarnya, Alga. Namun, karena pacarnya  mendadak tidak bisa karena harus mengikuti kegiatan di kampusnya.

Kirana bisa menolak permintaan Tessa akan tapi tawaran ditraktir di kafe Kayu Manis tidak mungkin  ditolak. Kafe favorit mereka, bahkan mereka pernah doubledate di kafe ini. Tapi sepertinya tidak ada lagi doubledate seperti dulu. 

Hal itu membuat Kirana membayangkan kemarin ketika final basket seseorang yang seharusnya hadir untuk memberikan kata sambutan tidak hadir pada penutupan acara. Biasanya Fikri selalu menyempatkan hadir di setiap acara kampus untuk memberikan sambutan walau sesibuk apapun. Apakah karena Kirana ia tidak bisa hadir. Kirana mengambil kesimpulan bahwa Fikri sudah mulai menghindarinya. 
Seharusnya Kirana merasa lega karena seseorang yang tidak ingin temui tidak ada tapi ada bagian dari dirinya kecewa. Walaupun mereka berpisah berdasarkan keputusan kedua pihak.

"Kiran, kayaknya kita sudah lama gak doubledate deh." Ujar Tessa melunturkan lamunan Kirana dan membuat Kirana sedikit tersedak mendengarnya. Tessa menyerah botol mineral pada Kirana.

"lo bilang apa tadi?" tanya Kirana memastikan bahwa pendengarnya tidak salah.

"Kapan kita doubledate lagi? Kita sudah lama gak doubledate." Ucap Tessa santai seperti tidak terjadi apa-apa. 

"maaf ya, Tessa. Gue belum cerita ke lo. Sepertinya kita tidak bisa lagi doubledate untuk waktu dekat ini karena tidak semudah itu gue menemukan orang baru yang bisa mengisi hati gue"

Belum sempat Kirana menyelesaikan jawabannya pramusaji telah hadir kembali ke meja dengan pesanan mereka.

Kirana meraih gelas yang berisi espresso pesanan lalu membawah ke bibirnya yang tipis, mencicipi rasanya dan mengambil beberapa potong kentang goreng. Begitu juga yang dilakukan Tessa.

"Kita gak bisa doubledate lagi." Ujar Kirana sekenanya dan tidak menyadari ia telah mengatakannya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menceritakan kepada  sahabatnya.

"Maksud lo?" Tanya Tessa meletakkan cangkirnya kembali ke meja. 

"Gue sudah putus sama Fikri, Tess." Ucap Kirana berusaha tegar ketika mengatakan itu.

"Apa?" Teriak Tessa membuat sebagian orang melihat ke meja mereka. Kirana celingak-celinguk ke kanan kiri memberikan senyum menandakan ia meminta maaf atas teriakkan temannya yang membuat pengunjung merasa kurang nyaman dengan teriak cempreng Tessa.

"Gak usah teriak, malu tau." Kirana melotot pada Tessa yang dibalas Tessa melotot balik meminta keterangan apa yang diucapkan Kirana. 

Sebelum Tessa mengintrogasi Kirana sudah lebih dulu mengambil ancang-ancang untuk menjelasan,

"Gue putus sama Fikri..."

"Ya, gue tau, tapi kenapa? Perasaan lu baik-baik aja selama ini. Jangan-jangan Fikri selingkuh? " Ujar Tessa memotong Kirana. 

Selingkuh tidak akan pernah Fikri lakukan karena ia tau bagaimana perasaan seorang wanita yang diselingkuhi, ia tidak ingin seperti Ayahnya melakukan itu pada Ibunya. Fikri pernah cerita tentang alasan orang tuanya bercerai pada Kirana.

"Gue belum selesai cerita, lo main potong aja. Gue sama Fikri memilih untuk akhiri aja karena kita sama-sama belum bisa mengatur waktu kita dan Fikri gak selingkuh." Jelas Kirana tetap berusaha tegar seolah tidak ada kepedihan yang Kirana  rasakannya.

Source Pinterest


***
Tidak ada namanya perpisahan yang tidak meninggalkan luka. Baik itu berpisah secara kedua pihak menyetujui atau hanya sepihak. Itu yang Kirana rasakan sangat ini, ia merasa sebagian dari diri hilang. Ia tahu keputusan ia ia ambil bukan hanya emosi atau pikiran sesaat. Ia telah mempertimbangkan semuanya.

"Fik, kayak hubungan kita gak ada kemajuan. Apa lebih baik kita udahan aja." Ungkap Kirana kala mereka sedang makan malam di kos-kosan Fikri.

Kala itu mereka tidak jadi makan di luar karena Fikri harus mengerjakan tugas kuliahnya dan harus mempersiapkan beberapa bahan untuk acara kampus yang sedeng dipegang oleh Fikri.

"Gak ada kemajuan gimana maksud kamu?" tanya Fikri masih menikmati nasi gorengnya.

"Ya, hubungan kita gak ada kemajuan, kita tidak tahu mau di bawah kemana hubungan kita ini, jadi aku pikir lebih baik kita udahan aja." Memandang mata lentik milik Fikri. Mata yang selalu Kirana suka tiap Fikri meliriknya.

"Jangan becanda deh." Sahut Fikri memasukan sampah bungkusan nasi goreng ke dalam sebuah plastik.

"Aku gak becanda Fik," menarik lengan Fikri untuk melihat ke wajahnya, "Aku mau kita gak usah lanjutin hubungan ini." 

"Kamu kenapa? Jangan becanda dong Kirana, kalau kamu minta break lagi, aku gak mau Ran, kamu tahu kalau aku sayang sama kamu dan gak bisa jauh dari kamu." Fikri menatap lurus pada bola mata Kirana mencari keseriusan omongan Kirana.

Sudah cukup bagi Fikri untuk memenuhi keinginan break Kirana beberapa bulan yang lalu, ia tidak sanggup berjauhan lagi dengan Kirana dan ia tetap ingin diperhatikan, diomelin oleh Kirana. Satu bulan saja cukup membuat Fikri merasa lelaki paling menyedihkan di dunia ini.

"Fik, udahan aja ya..." Pinta Kirana.

Fikri mengambil plastik sampah lalu membuang ke tong sampah lalu mengambil kunci motornya juga jaket kulitnya yang ia gantung. 

"Aku antar kamu pulang, nanti kemalaman. Aku masih mau mengerjakan tugasku." Ucap Fikri.

Di sepanjang jalan menuju rumah Kirana tidak ada pembicaraan di antara mereka, Kirana terus berpikir dan merasa yakin kalau keputusan yang ia ambil adalah keputusan paling tepat. Fikri masih sibuk dengan urusan kuliah dan organisasinya dan tidak memiliki waktu untuknya begitu juga dengan ia yang masih sibuk urusan kuliah juga part jobnya sebagai guru renang dan melatih basket anak-anak di SMAnya dulu.

Motor Fikri memasuki komplek perumahan Kirana dan belum ada satu katapun keluar dari bibir Fikri maupun Kirana hingga sampai di depan rumah. Kirana turun dari motor lalu memberikan helm yang ia gunakan pada Fikri.

"Fik," 

"Iya, Ran" balas Fikri.

"Aku tidak becanda tentang tadi, aku mohon sama kamu kita udahan aja. Aku sibuk, kamu sibuk, dan aku belum bisa mengatur waktu untuk semua ini. Setiap hubungan pasti ingin sampai kepernikahankan, aku tahu kamu ingin menikah 7 tahun tahun lagi kan? Dan itu sangat lama. Kamu juga nanti bosan sama aku. Lebih baik kita fokus sam urusan kita masing-masing, kalau kita berjodoh, kita akan bersama lagi Fik." Ujar Kirana Skeptis.

Fikri hanya diam tidak berkutik sama sekali hingga beberapa menit kemudian hingga Fikri menghela nafasnya.

"Kalau kamu tetap ingin kita pisah, ya udah," Tukas Fikri, "tapi kalau kamu berubah pikiran aku masih ada untuk kamu Ran, dan aku tetap sayang kamu."

"Terimakasih Fik, udah mau ngerti keputusan aku. Kamu harus jadi orang sukses ya, biar banyak wanita yang ngantri" ucap Kirana.

Aku yang mengantri paling depan Fik, jika kita sudah sama-sama siap untuk ke jenjang lebih serius. Tapi aku tidak menjamin kamu akan memilihku nanti. pikir Kirana

"Sekarang aja udah banyak wanita yang ngantri Ran," Canda Fikri.

Aku yang tidak mau mereka mengantri Ran, aku cuma mau kamu. pikir Fikri

"Pede banget kamu" 

"Memang iyakan? Udah, masuk gih." Menyuruh Kirana segera masuk. Fikri tidak sanggup lagi berpura-pura tegar dengan keputusan mereka.

Source Pinterest


***
Satu hari menjelang hari Festival Music di selenggarakan. FeMic merupakan acara tahunan yang diadakan oleh pihak BEM dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa baru untuk menyelenggarakan, sebagai panitia pelaksana. Fikri sebagai Presiden BEM kampus juga ikut serta ke dalam panitia sebagai steering committee, bertugas untuk mengawasi setiap devisi dalam melaksanakan tugasnya. Fikri bukan hanya mengawasi saja terkadang ia juga turut membantu secara langsung. Mengangkat peralatan atau memberikan pengarahan langsung kepada devisi acara. Fikri adalah orang yang tidak pelit akan ilmu yang ia punya dan ramah terhadap siapapun. Hal itulah membuat ia disukai banyak orang dan dengan mudah ia terpilih sebagai Presiden BEM. 

Fikri mengobservasi seluruh ruangan gedung serba guna  tempat lokasi Femic dilaksanakan. Ia mengecek persiapan, mulai dari rundown acara, pengisi acara, humas, dokumentasi hingga ke perlengkapan, tidak ada satu devisi yang Fikri lewatkan. Fikri berusaha menyibukkan dirinya pada urusan ini mengalihkan Kirana dipikirannya.

Source Pinterest

"Ko, micnya kurang ya?" tanya Fikri ke salah satu anggota perlengkapan.

"Iya, Bang. Dian katanya mau ambil yang di Fekon sama mixernya juga setelah ngambil gitarnya." Ujar Eko.

"Ya udah biar gue aja yang ambil."
"Gak usah, Bang, biar Dian aja." Kata Eko tidak enak jika seorang steering committee yang mangambilnya. 

"Santai aja, lagian  itu dibutuhkan sekarang biar bisa dicobain, gue juga nganggur." Kata Fikri. 

Fikri tahu ada rasa segan yang diperlihatkan dari ekspresi Eko. Fikri melangkah keluar gedung menuju tempat parkir motornya. Menyelakan motornya menuju fakultas ekonomi.

Setelah apa yang ia butuh sudah di tangannya, Fikri pergi ke kantin Fekon yang kebetulan berada di dekat sekre HIMA Fekon. Ia memutuskan untuk membeli minuman untuk menghilang rasa haus di tenggorokkannya yang sudah seperti dilanda kekeringan selama seminggu.

Mata Fikri terpatut pada sosok di depannya, wanita yang sudah beberapa minggu ini ia hindari. Ia masih belum bisa merelakan dengan keputusan yang ia ambil. Hingga Fikri tidak menghadiri ke penutupan lomba basket karena ia tidak sanggup melihat Kirana dan ia juga memiliki alasan yang logis kala itu dan Fikri memutuskan wakilnya untuk menggantinya buat menyampaikan kata sambutan. 

Mata mereka bertemu, Fikri tidak bisa lagi  menghindar, ia berjalan ke arah Kirana dengan seambrek peralatan mixer dan mic di tangannya serta sebotol minuman dingin. 

"Hai" sapa Fikri meletakkan apa yang ada di tangannya ke atas meja.

"Lagi ribet banget ya?" tanya Kirana, lalu mengobservasi setiap lekuk wajah Fikri.

"Iya nih, selamat ya atas kemenangannya. Sorry waktu itu gak bisa hadir." Jelas Fikri.

Kamu memang tidak menyesal ya Ran, sama keputusan kamu. Gak bisa kamu tarik permintaan kamu itu? pikir Fikri

Fikri mengamati setiap garis wajah Kirana masih adakah rasa penyesalan yang ditampilkan oleh wajah Kirana setelah mereka putus tapi Fikri tidak menemukan adanya penyesalan bahkan Kirana bersikap sangat biasa.

"Iya, makasih ya, Fik. Gak papa santai aja" ucap Kirana.

Aku tidak sanggup melihat kamu seperti ini, Fikri. Kamu pasti menyibukkan dirimu dengan urusan organisasi kamu sampai mengambil peralatan itu sendiri yang seharus diambil oleh anggota perlengkapan. pikir Kirana.

”Ini mau dibawa ke mana?" tanya Kirana menunjuk barang-barang yang diletakkan di meja oleh Fikri.

"Ke GSG, buat Femic besok. Kamu datangkan? " 

"Bisa sendirian bawa beginian?" tanya Kirana dan tidak menjawab pertanyaan Fikri.

"Ya, gak bisa Ran, makanya aku lagi nunggu orang yang bisa bantu" ujar Fikri melihat sekitar mana tau menemukan seseorang yang bisa menolongnya. Membantu mengangkat barang ini dan segera menjauh dari hadapan Kirana.

"Biar aku" 

"Kamu mau bantu?" kata Fikri dengan membuat suara seolah mengejek.

"Kenapa? Kalau cuma megang ini dibelakang motor aku bisa Fik," Kirana bangkit dari kursinya. 

"Ayok!" 

Kirana membantu Fikri memegang mic hingga ke dalam gedung. Seseorang langsung menghampiri mereka dan mengambil barang yang mereka bawah.

"Makasih Kak, aduh jadi ngerepotin. Maaf ya, Bang Fik, Ngerepotin pacarnya Abang." Ujar Eko mengambil Mic dari tangan Kirana.

"Iya, gak papa." memberikan senyum manisnya. senyuman Kirana kata Fikri lebih manis dari madu dan menjadi candu bagi Fikri.

Fikri menemani Kirana menunggu dijemput oleh Tessa. 

"Kamu yakin gak mau aku yang anterin?"

"Gak usah,  Tessa juga udah jalan ke sini, kamu juga lebih dibutuhkan di sini"

"Bye the way, sorry yang tadi, Eko belum tau kalau kita udah... putus" Ucap Fikri menekan pada kata putus. 

"Iya, gak papa." 

Aku berharap kamu tidak berbicara itu Fik, sekarang aku yakin kalau kamu sudah menerima keputusan aku. pikir Kirana

"Besok kamu datang ya, ketua panitianya aja minta kamu datang"

"Iya, aku usahain tapi aku gak janji"

Fikri menganguk-anggukkan kepalanya. Dan mobil Tessa sudah terlihat. "Aku pulang dulu"

***
Source Pinterest


Kirana menyebrotkan parfum ke pergelangan tangannya lalu menggosok-gosokkan dengan pergelangan tangan satu lagi sebelum ia olehkan ke lehernya. Semerbak wangi vanilla terendus oleh hidung mungil Kirana dan Kirana tersenyum melihat dirinya merasa puas dengan anugerah yang Tuhan berikan, tubuh yang atletis untuk ukuran wanita, bibir merah merana tanpa menggunakan lipstik, mata almon yang dinaungi alis yg tidak perlu disulam serta ramput gelombangnya. Siapapun yang melihat Kirana pasti merasa iri dengan kecantikannya dan membuat  mata setiap pria betah menatap Kirana.

"Kirana, masih lama? Kalau masih lama, gue tinggal ya..." ketus Tessa yang dari tadi duduk di kasur queen milik Kirana.

Kirana merasa ia harus tampil lebih cantik dari sebelumnya, seperti ada dorongan dalam dirinya untuk menunjukkan kepada Fikri bahwa ia baik-baik saja setelah putus atau rasa ingin membuat Fikri meliriknya kembali. Entahlah yang paling ia tunjukkan bahwa ia tidak terpengaruh  dengan keputusan yang mereka ambil. Ada sebagian orang mengatakan wanita lebih cantik ketika mereka putus. Teori tersebut jadi masuk akal bagi Tessa sekarang karena melihat sahabat di depannya ini.

"Udah, berangkat yuk." Ujar Kirana meraih tas sandangnya dan Tessa lebih dulu keluar dari kamar Kirana.

Kirana akhirnya memutuskan menemani Tessa pergi ke acara Femic meski Tessa tidak lagi memaksa Kirana malahan Tessa berniat tidak pergi jika Kirana tidak bisa menemaninya karena Tessa mengerti apa yang Kirana rasakan. Tapi karena Kirana menyetujui, kenapa tidak pergi.

Acara femic sudah dimulai dari pagi karena banyaknya pengisi acara yang tampil. Kirana dan Tessa memilih untuk hadir di malam saja lagian band yang ingin Tessa tonton juga dapat jadwal tampil di malam. Mereka sampai di gedung serba guna langsung disambut oleh panitia yang kemarin dilihat oleh Kirana, ia mempersilahkan Kirana dan Tessa masuk.

"Silahkan diisi buku tamunya dulu, kak." Ucap salah satu panitia yang bertugas memegang daftar buku tamu.

"Akhirya yang ditunggu sama Bang Fikri datang juga." ceplos seseorang panitia.

Muka Kirana memerah seperti udang rebus, berarti Fikri belum mengatakan bahwa mereka sudah putus tapi buat apa juga Fikri menunggunya, pikir Kirana. Ada rasa senang karena Fikri masih menunggunya.

"Kak, mau dipanggilin Bang Fikri" kata seorang yang menyambut mereka berdua.

"Gak usah, dia lagi sibuk, nanti gue temuin sendiri."

"Aduh beruntung banget ya bang Fikri dapat pacar yang pengertian" 

Tessa yang menyaksikan itu bertanya-tanya apa maksud semua ini, bukankah Kirana sudah putus? Atau Kirana belum cerita kalau mereka udah balikkan. Karena kemarin ketika Tessa menjemput Kirana dan Kirana bersama Fikri kala itu. Kirana tidak ada cerita dan Tessa tidak menanyakan karena Tessa tau, Kirana akan menceritakan semua tanpa ia meminta walau terkadang Tessa harus memiliki trik-trik tertentu agar Kirana bisa cerita.

Dari meja penyambutan tamu hingga ke dalam Tessa mencoba memancing Kirana untuk menjelaskan semua itu. 

"Apaan lagi sih, Tess. Entar gue ceritain"

"Jangan bilang lo balikan lagi sama Fikri" selidik Tessa.

"Enggak, tu band favorit lo tampil" ucap Kirana menunjuk ke stage.

Tessa langsung kegirangan dan mengikuti setiap lirik yang terlontar serta menari-nari. Setelah band favorit Tessa itu turun. Seseorang menepuk punggung Kirana. Kirana berbalik, membelalakan matanya, tidak percaya apa yang ia lihat. Kenapa ada mantannya di sini.

"Hai" sapa orang yang tadi menepuk punggung Kirana

"Hai" Kirana menatap dengan muka Kaget.

"Ternyata penglihatanku masih bagus, gak disangka ya, kita bisa ketemu lagi"

"iya, kamu ngapain ke sini?" tanya Kirana benar-benar penasaran.

"Band ku di undang buat isi acara" jawab Robi sambil menunjuk ke arah teman-temannya.

"oh" 

"Ini kenalin, teman gue, Tessa ini Robi, Robi ini Tessa" ujar Kirana mengenalkan.

"Aku ke sana dulu ya, kamu jangan pulang dulu ya... ngombrol-ngombrol dulu kita"

"Oke" Kirana memberikan senyumnya.

Kirana pulang dari Femic mendapatkan luka yang mendalam dan Tessa tau itu.

***
Source Pinterest

Hari itu menjadi salah satu hari yang tidak ingin Kirana ingat tapi setelah 5 tahun hari itu selalu membayangi dan kejadian itu terus berputar dipikirannya seperti kepingan film. Kirana masih mengingat dengan jelas dan detail bagaimana ekpresi yang diberikan Fikri untuknya. Setiap kata yang keluar dari bibir Fikri yang sebelumnya tidak pernah membentaknya apalagi mengatakan sesuatu yang tidak benar.

"Jadi ini alasan kamu mutusin kita? Hah?" bentaknya Fikri

"Aku..." Kirana baru mau menjelaskan tetapi langsung dipotong oleh Fikri yang sudah naik pitam. Fikri tidak bisa menahan emosinya.

"Apa? Kamu mau minta maaf sudah menduakan aku? Ini jugakan alasan kamu minta break dulu waktu itu. Kenapa harus bohong sih Ran. Kalau kamu sudah gak sayang sama aku lagi bilang. Salah aku dimana?" 

"Fikri..." Teriak Kirana, Fikri diam memberikan jeda untuk Kirana berbicara, "Aku sama Robi itu tidak ada hubungan apa-apa."

"Oh, jadi Robi nama selingkuhan kamu itu." Ucap Fikri Sarkas memotong penjelasan Kirana.

"Fikri, kamu bisa kasih aku waktu gak buat jelasin." Emosi Kirana turut terpanjing.

"Kamu mau jelasin apalagi? Mau bilang kalau dia cuma teman. Pelukan yang aku lihat tadi sudah cukup bagi aku bahwa kamu memang tidak pantas buat aku dan aku tidak butuh penjelasan apa-apa dari kamu." Tukas Fikri lalu pergi meninggalkan Kirana seorang diri.

Tangisan Kirana tidak bisa dibendung lagi. Tidak habis pikir, kok bisa seorang Fikri tega melakukan itu padanya. Menuduh Kirana selingkuh tanpa memberikan Kirana kesempatan untuk menjelaskannya. Padahal apa yang dilihat Fikri tidak sama dengan pikiran Fikri. Ia dan Robi memang berpelukan setelah keluar acara femic tapi hanya pelukan seorang teman lama yang sudah lama tidak bertemu dan mungkin itu bisa menjadi pertemuan terakhir mereka karena Robi mau mindah ke Jerman. 

Kini Kirana masih saja menangis jika mengingat peristiwa tersebut. Seorang yang ia sayangi dan cintai memberikan luka yang dalam baginya. Dan seharusnya Kirana tidak membuang air matanya untuk laki-laki seperti Fikri. Keputusannya untuk berpisah dari Fikri adalah keputusan yang tepat tapi entah kenapa hatinya ini tetap milik Fikri meski kini Kirana tengah menjalin sebuah hubungan dengan Gilang.

Ketika semua hal yang diusahakan oleh Kirana untuk menghilangkan jejak Fikri di hatinya dan menggantikan jejak itu dengan jejak baru bersama Gilang mulai melihatkan hasil yang baik dan Fikri datang kembali menghancurkan semua usaha Kirana. Fikri kau  memang pemberi luka dan penghancur, batin Kirana.

Namun semua itu sudah menjadi jalan hidup Kirana dan Fikri. Bagaimanapun usaha Kirana untuk menyembuhkan lukanya tetap saja tidak bisa sembuh karena yang bisa menyembuhkan lukanya adalah orang yang memberikan lukanya. Karena sang pemberi luka juga akan memberikan penawarnya. 

Dia memang pemberi luka tapi dia juga memberikan penawarnya meski itu memakan waktu cukup lama bagi aku dan dia.

Kirana – Pemberi Luka.

4 komentar:

  1. punya Aplikasi DANA????binggung car agent dengan Depo via DANA???
    mari gabung saja dengan kami di Donaco Poker.
    dapatkan Ragam bonus menarik dari kami
    Info hub.
    WA : +6281333555662

    BalasHapus
  2. Suka bermain Slot dengan tingkat kemenangan tertinggi???Mari bergabung dengan kami di Winning303
    ada banyak Bonus untuk anda dalam permainan Slot.

    Klik >>>>>>> Demo Pragmatic Slot

    Informasi Lebih Lanjut, Silakan Hubungi Kami Di :

    - WA : +6287785425244

    BalasHapus
  3. Hanya dengan 1 user ID anda bisa bermain 7 permainan poker yang seru.
    Mau???
    Mari bergabung bersama kami di Donaco Poker...

    Dapatkan Juga Bonus Dari Donaco Poker...
    - Bonus Deposit 15% New Member Weekend.
    - Bonus Deposit 10% Next Deposit Weekend.
    - BONUS DEPOSIT HARIAN 5%
    - BONUS ROLLINGAN MINGGUAN 0.5%
    - BONUS KEJUTAN LAINNYA

    Hubungi Kami Secepatnya Di :
    WA : +6281333555662

    BalasHapus
  4. bisa juga loh Main demo Pragmatic Slot

    secara gratis. bisa buat permainan tatkala santai...

    BalasHapus